Jl. KH. Syafi'i No. 7 Suci Manyar Gresik Jawa Timur Telp (031) 3952575 Kode Pos. 61151 email. ma_mbs@ymail.com

Senin, 29 Agustus 2016

Perbedaan Antara pesantren Salafi, Khalafi, dan Modern

Perbedaan Antara pesantren Salafi, Khalafi, dan Modern

Tahukah anda, mengapa di zaman sekarang pesantren menjadi istilah popular dikalangan masyarakat, hingga ada berbagai macam jenis pesantren? Sebelumnya, disini penulis akan menjelaskan tentang istilah pesantren.

Pengertian pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pe-dan akhiran an berarti tempat tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja yg dikutip oleh Haidar Putra Daulay mengatakan pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yg belajar agama Islam sehingga dgn demikian pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada juga yg mengartikan pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yg bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian.

Pada umumnya, pesantren dibagi menjadi dua, yaitu Salaf dan Modern. Dalam hal ini, penulis mengikuti pendapat Ramayulis yang mengklasifikasi pesantren dari segi cara menyikapi terhadap tradisi, dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: Salafi, Khalafi, dan Modern.

1.      Pesantren Salafi
Secara etimologis kata “salaf” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti sesuatu atau orang yang terdahulu, ulama-ulama terdahulu yang saleh. Abdul Mughist mengutip pendapat ‘Irfan A. Hamid, secara terminologi khazanah Islam, “salaf” berarti ulama generasi sahabat, tabi’in, dan tabi’at at-Tabi’in yang merupakan kurun terbaik pasca Rasulullah SAW.

Menurut penulis, istilah pesantren Salafi di tengah-tengah masyarakat mengandung dua pemahaman yang berbeda. Pertama, pesantren Salafi dimaknai sebagai pesantren tradisional yang tetap mempertahankan kitab-kitab klasik serta mengapresiasi budaya setempat. Kedua, pesantren Salafi dimaknai sebagai pesantren yang secara konsisten mengikuti ajaran ulama generasi sahabat, tabi'in, tabi'at tabi'in yang memiliki kecenderungan pada penafsiran teks secara normatif dan tidak/kurang mengapresiasi budaya setempat, karena semua budaya harus sesuai dengan zaman para Salafush-Sholih, yaitu sahabat, tabi'in, tabi'at tabi'in.

Menurut Ramayulis, pesantren Salafi–model pesantren tradisional (pen.)–merupakan  jenis pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik sebagai inti pendidikannya. Di pesantren ini, mata pelajaran umum tidak diberikan. Tradisi masa lalu sangat dipertahankan. Pemakaian sistem madrasah hanya untuk memudahkan sistem sorogan seperti dilakukan di lembaga-lembaga pengajian bentuk lama. Pesantren Lirboyo dan Ploso di Kediri Jawa Timur serta Pesantren Maslakul Huda di Kajen Pati Jawa Tengah agaknya dapat disebut sebagai contoh pesantren Salafi.  Pesantren Salafi kelihatannya menjadi dirinya sebagai benteng utama dalam mempertahankan tradisi.

Sedangkan pesantren Salafi model kelompok reformis, sebagaimana Abdul Mughist mengutip pendapat Brink, termonologi “salaf” menurut kaum reformis yang dipelopori oleh Jamal ad-Din al-Afghani, Muhammad Abduh di Mesir, dan Muhammad Abdul Wahab di Saudi Arabia bahwa paham Salafiyyah adalah ajaran ulama’ generasi pertama yang konsisten secara literer terhadap Al-Qur’an dan Sunnah, mengikis habis bid’ah, khurafat, dan tahayyul serta klenik, senantiasa membuka pintu ijtihad dan menolak taklid “buta”. Dari pendapat ini, yang dinamakan pesantren Salafi adalah pesantren yang secara konsisten mengikuti ajaran ulama generasi pertama yang memiliki kecenderungan pada penafsiran teks yang bersifat literalistik/normatif.
Menurut Arif Subhan,

Salafi disebut juga Salafiyyah mengandung pengertian “pengikut generasi pertama muslim yang saleh” (as-salaf al-shalih). Ini mengandung pengertian yang luas karena sebenarnya setiap muslim adalah pengikut generasi pertama muslim, yaitu Nabi Muhammad SAW, sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in. Akan tetapi, terdapat aspek penting dalam ideologi keagamaan Salafi yang membedakan dengan yang lain, yaitu model penafsiran terhadap teks yang bersifat literalistik. Model penafsiran inilah yang mengantarkan gerakan Salafimenjadi gerakan radikal dalam Islam. Misalnya, dalam memberikan penafsiran tentang model pakaian Islami. Mereka berusaha sejauh mungkin mengikuti cara berpakaian yang dipraktikkan Nabi SAW. Bagi laki-laki biasanya mengenakan jubah dan kebanyakan memelihara jenggot, sementara bagi perempuan mengenakan jubah dan jilbab – model cadar– yang menutup seluruh tubuhnya kecuali mata dan telapak tangan. [32]

Salah satu model pesantren Salafi – sebagaimana perspektif kelompok reformis– di Indonesia adalah pesantren Hidayatullah yang didirikan oleh Abdullah Said pertama kali di Balik Papan dan diresmikan oleh Menteri Agama, Mukti Ali pada 5 Agustus 1976. Arief Subhan mencatat bahwa sejak semula tujuan pesantren Hidayatullah–yang dibayangkan pendirinya– adalah mencetak banyak kader dakwah dan membentuk sebuah komunitas yang mejadikan nilai-nilai Islam sebagai landasan dalam relasi-relasi sosial. Dalam bahasa Abdullah Said hal ini disebut dengan “membentuk sebuah jamaah”.
Dari beberapa pendapat dan contoh pesantren model Salafi di atas, ada perbedaan antara model pesantren Salafi corak tradisional dan Salafi corak Puritan. Abdul Mughits berpendapat, Definisi yang paling elegan untuk istilah “pesantren Salafi” adalah pesantren yang mengikuti jejak ajaran ulama generasi Salaf (abad I-III H) dan ulama sesudahnya sebagai pengembangan (penafsiran) terhadap ajarannya. Sedangkan definisi “pesantren tradisional” adalah pesantren yang masih melestarikan warisan tradisi atau ajaran ulama terdahulu dan tradisi lokal yang sudah melalui proses penyeleksian dengan standar ajaran para ulama terdahulu (normatifitas agama).

Menurut penulis, di tengah-tengah masyarakat, istilah pesantren Salafi biasanya digunakan oleh kelompok reformis untuk memberikan penekanan pada pesantren yang secara konsisten mengikuti ajaran ulama Salafush Sholih, yaitu sejak zaman para sahabat, tabi'in, dan tabi'it tabi'in. Sedangkan untuk kelompok umat Islam tradisionalis, biasanya lebih suka menggunakan istilah pesantren Salaf atau Salafiyyah, karena image pesantren Salafi lebih dekat dengan pemahaman Islam yang literal. Atau untuk membedakannya, penulis memberikan istilah Salafi-Modernisbagi pesantren Salafi kaum reformis dan Salafi-Tradisionalis bagi pesantren tradisional.

2.       Pesantren Khalafi
Pesantren Khalafi tampaknya menerima hal-hal yang baru yang dinilai baik di samping tetap memelihara tradisi lama yang baik. Pesantren sejenis ini memberikan mata pelajaran umum di madrasah dengan sistem klasikal dan membuka sekolah-sekolah umum di lingkungan pesantren. Walau demikian, pengajaran kitab-kitab Islam klasik masih tetap dipertahankan. Seperti Pesantren Mambaus Sholihin Gresik, Tebu Ireng, Tambak Beras dan Rejoso di Jombang Jawa Timur selain menyelenggarakan pendidikan madrasah, juga membuka sekolah-sekolah mulai tingkat RA, MTs/SMP, MA/SMA, hingga Perkuliahan Tinggi.

Menurut penulis, pesantren Khalafi merupakan model pesantren yang mencoba mengikuti perkembangan zaman dengan tetap mempertahankan tradisinya, yaitu mengkaji kitab-kitab klasik. Upaya pesantren Khalafi agar dapat berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah diajarkannya ilmu-ilmu umum di lingkungan pesantren, yang biasanya pesantren ini membuka lembaga pendidikan model madrasah maupun sekolah untuk mengajarkan pelajaran umum. Biasanya, santri tetap tinggal di pesantren untuk mengikuti kajian kitab-kitab klasik di sore, malam, dan pagi setelah Shubuh, setelah itu mereka mengikuti pelajaran umum di madrasah maupun sekolah.

3.       Pesantren Modern
Pesantren Modern di mana tradisi Salaf sudah ditinggalkan sama sekali. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik tidak diselenggarakan. Sekalipun bahasa Arab diajarkan, namun penguasaanya tidak diarahkan untuk memahami bahasa Arab terdapat dalam kitab-kitab klasik. Penguasaan bahasa Arab dan Inggris cenderung ditujukan untuk kepentingan-kepentingan praktis. Pesantren Gontor Ponorogo walaupun sangat menekankan pengetahuan bahasa Arab dan Inggris, sudah cukup lama meninggalkan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Pesantren-pesantren yang bercorak kekotaan seperti pesantren As-Syafi’iyah di Jakarta, Pesantren Prof. Dr. Hamka di Padang, pesantren Zaitun di Indramayu yang bercorak kampus modern dan diwarnai dengan corak khas Islam. Para siswa dan mahasiswa di berbagai jurusan ilmu dapat berdiskusi dalam lingkungan pesantren yang tidak lagi mengutamakan pengajian kitab-kitab kuning.

Sebagaimana Arief Subhan merujuk pada pondok modern Gontor, bahwa referensi utama dalam materi keislaman bukan kitab kuning, melainkan kitab-kitab baru yang ditulis para sarjana muslim abad ke-20. Ciri khas pondok modern adalah tekanannya yang sangat kuat kepada pembelajaran bahasa, baik bahasa Arab maupun Inggris. Ciri khas lain adalah aspek displin mendapat tekanan. Para guru dan santri diwajibkan berpakaian rapi dan berdasi.

Istilah Khalafi kadang juga diartikan sebagai Modern, antonim dari istilahSalafi. Pesantren Khalafi juga berarti pesantren Modern. Tapi, dalam hal ini perbedaannya ditekankan pada tradisi kajian kitab-kitab klasik. Bagi pesantren Khalafi, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan memelihara tradisi (mengkaji kitab klasik) adalah ciri khasnya. Kitab klasik menjadi kajian utama di pesantren Salafi/Khalafi dan biasanya, ketika mengkaji kitab klasik tertentu sampai selesai (khatam). Misalnya: mengkaji kitab Tafsir Jalalain sampai khatam.

Bagi pesantren modern, tidak lagi mengutamakan kajian kitab-kitab klasik dalam proses pembelajaran, tapi kitab-kitab berbahasa Arab yang ditulis oleh para tokoh muslim abad 20. Walaupun kadang di pesantren Modern masih menggunakan sebagian kitab-kitab klasik, tapi bukan menjadi kajian utamanya, tapi hanya menjadi referensi tambahan dan tidak dikaji sampai selesai (khatam). Di samping itu, pondok modern juga menekankan pada penguasaan bahasa asing, seperti bahasa Arab dan bahasa Inggris dan budaya kedisplinan yang sangat ketat. Penguasaan bahasa asing ini untuk membekali para santri agar dapat bersaing di dunia global dan dapat membaca kitab-kitab kontemporer baik yang menggunakan bahasa Arab maupun bahasa Inggris.

Nah, sekarang udah tau bukan apa itu pesantren dan aneka macamnya. Jadi, antara pesantren antara salafi, khalafi, dan modern pada dasarnya sama, yaitu sebuah institusi pendidikan Islam yg bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian.

Demikian, semoga bermanfaat.




Share:

0 comments:

Posting Komentar

Translate

Follower

Visitor

Flag Counter